Geoffrey Hinton, sosok yang dijuluki sebagai ‘Godfather of AI,’ baru saja mengumumkan pengunduran dirinya dari Google. Keputusan ini mengundang perhatian besar, terutama karena Hinton adalah salah satu tokoh paling berpengaruh dalam perkembangan kecerdasan buatan modern, termasuk teknologi yang mendukung model AI seperti ChatGPT. Kepergiannya dari Google bukan sekadar perubahan karier biasa—melainkan sebuah sinyal penting bagi masa depan AI.
Siapa Geoffrey Hinton?
Nama Geoffrey Hinton mungkin kurang familiar bagi banyak orang di luar dunia teknologi, tetapi warisannya dalam kecerdasan buatan sangat besar. Ia adalah salah satu pionir deep learning dan jaringan saraf tiruan, teknologi yang menjadi fondasi utama berbagai sistem AI modern. Berkat penelitiannya, AI kini mampu memahami bahasa manusia, mengenali wajah, bahkan menciptakan karya seni digital.
Hinton, yang sebelumnya bekerja sebagai profesor di University of Toronto, bergabung dengan Google pada 2013 setelah akuisisi startup DNNresearch yang ia dirikan. Sejak saat itu, ia menjadi salah satu pemikir utama dalam pengembangan AI berbasis deep learning di Google Brain.
Alasan Pengunduran Diri: Kecemasan atas Masa Depan AI
Dalam wawancaranya dengan The New York Times, Hinton mengungkapkan bahwa salah satu alasan utamanya mundur dari Google adalah kekhawatirannya terhadap dampak negatif AI. Ia merasa bahwa teknologi yang turut ia kembangkan kini berkembang terlalu cepat dan berpotensi membawa konsekuensi yang belum sepenuhnya dipahami.
“Saya membujuk diri saya sendiri bahwa jika saya tidak melakukan ini, orang lain akan melakukannya. Namun sekarang saya menyadari bahwa mungkin kita perlu berhenti sejenak untuk memahami dampak yang lebih luas,” kata Hinton dalam wawancaranya.
Ia menyoroti berbagai risiko AI, mulai dari penyebaran informasi palsu yang lebih sulit dideteksi, potensi hilangnya jutaan pekerjaan akibat otomatisasi, hingga ancaman yang lebih besar: AI yang bisa bertindak di luar kendali manusia. Baginya, keputusan untuk mundur dari Google adalah langkah untuk berbicara lebih bebas mengenai bahaya AI tanpa terikat oleh kepentingan perusahaan.
Reaksi Google dan Komunitas AI
Google menghormati keputusan Hinton dan menegaskan komitmennya untuk mengembangkan AI secara bertanggung jawab. Sundar Pichai, CEO Google, berulang kali menyatakan bahwa perusahaan berupaya menjaga keseimbangan antara inovasi dan etika dalam AI. Namun, banyak pihak melihat pengunduran diri Hinton sebagai peringatan serius bahwa regulasi dan etika AI harus mendapat perhatian lebih.
Di luar Google, komunitas ilmuwan dan praktisi AI juga terpecah dalam menanggapi kepergian Hinton. Sebagian setuju bahwa AI harus dikembangkan dengan lebih hati-hati, sementara yang lain percaya bahwa kemajuan teknologi harus terus berjalan tanpa terlalu banyak hambatan.
Dampak Bagi Masa Depan AI
Kepergian Geoffrey Hinton dari Google menandai momen penting dalam perdebatan global tentang AI. Teknologi ini telah mengubah dunia dalam banyak cara, tetapi kini semakin jelas bahwa pengembangannya harus diiringi dengan regulasi yang matang. Beberapa pakar bahkan menyerukan adanya “pause” dalam pengembangan AI canggih hingga masyarakat bisa memahami risikonya dengan lebih baik.
Pertanyaannya sekarang: apakah suara peringatan Hinton akan cukup untuk mengubah arah industri AI? Atau justru AI akan terus berkembang tanpa kendali, membawa risiko yang sulit diprediksi?
Satu hal yang pasti, kepergian Geoffrey Hinton bukanlah akhir dari AI—ini justru awal dari babak baru dalam perdebatan tentang bagaimana kita harus menghadapi teknologi yang semakin canggih ini.
Baca Juga :
Mengejutkan! Pabrik di Jerman Hemat 60% Biaya Setelah Implementasi AI