Gelombang Baru Penipuan di Era AI
Beberapa tahun lalu, deepfake hanya dianggap sebagai teknologi hiburan yang memanfaatkan AI untuk menciptakan video lucu atau parodi. Namun, perkembangan pesat di dunia kecerdasan buatan membuat kualitas deepfake melonjak drastis, hingga bisa meniru wajah, suara, dan gerak tubuh seseorang dengan akurasi yang hampir sempurna. Ironisnya, teknologi ini kini menjadi senjata baru para pelaku kejahatan digital. Mereka memanfaatkannya untuk membuat video endorsement palsu yang seolah-olah datang dari selebritas, tokoh publik, bahkan CEO perusahaan besar. Dampaknya? Pasar bisa dimanipulasi, reputasi hancur, dan uang masyarakat melayang.
Modus yang Terlihat Meyakinkan, Padahal Palsu
Bayangkan, Anda sedang berselancar di YouTube lalu menemukan video wawancara “Elon Musk” yang tampak resmi, lengkap dengan logo CNBC dan latar belakang studio yang familiar. Di video itu, Elon tampak mempromosikan peluang investasi “terbaru” dengan imbal hasil fantastis. Tanpa curiga, Anda percaya bahwa ini adalah informasi dari tokoh ternama dunia teknologi. Sayangnya, video itu adalah hasil deepfake yang diedit sedemikian rupa untuk menipu. Kasus ini benar-benar terjadi dan menjadi salah satu contoh betapa meyakinkannya teknologi deepfake dalam memanipulasi opini publik.
Kejadian serupa juga menimpa Molly-Mae Hague, influencer asal Inggris. Sebuah video TikTok memperlihatkan dirinya memuji sebuah parfum tertentu. Video itu viral dan banyak penggemarnya langsung membeli produk tersebut. Namun, Molly-Mae kemudian mengonfirmasi bahwa ia tidak pernah menggunakan apalagi merekomendasikan parfum itu—semua adalah hasil deepfake (The Sun).
Tidak hanya selebritas hiburan, dunia keuangan juga menjadi sasaran. Michael Hewson, analis pasar senior di CMC Markets, mendapati wajah dan suaranya digunakan dalam video promosi investasi palsu. Menurut laporan Financial News London, serangan deepfake terhadap tokoh keuangan meningkat lebih dari 2.000% dalam tiga tahun terakhir, menandakan tren ini akan terus berlanjut jika tidak diantisipasi. Pelatihan AI Bersertifikat Nasional
Kenapa Modus Ini Sangat Berbahaya?
Deepfake AI memanfaatkan kepercayaan publik terhadap figur terkenal. Psikologi manusia bekerja seperti ini: jika informasi datang dari sosok yang kita kenal dan hormati, kemungkinan besar kita akan percaya tanpa banyak memverifikasi. Dalam kasus endorsement palsu, hal ini bisa menggiring konsumen untuk membeli produk abal-abal atau menginvestasikan uang pada skema yang ternyata penipuan.
Yang membuatnya semakin sulit dideteksi adalah kualitas deepfake yang nyaris sempurna. Pergerakan bibir yang sinkron, ekspresi wajah yang natural, dan suara yang terdengar identik membuat penonton sulit membedakan mana yang asli dan mana yang manipulasi. Apalagi jika video tersebut dikemas dengan latar yang familiar dan narasi yang meyakinkan.
Ciri-Ciri Deepfake yang Perlu Diwaspadai
-
Sumber Konten Tidak Resmi
-
Selalu periksa apakah video berasal dari akun atau kanal resmi. Jika diunggah dari akun baru atau tidak terverifikasi, patut dicurigai.
-
-
Detail Visual yang Aneh
-
Kadang ada ketidaksesuaian kecil seperti kedipan mata yang jarang, pencahayaan wajah yang tidak alami, atau bibir yang sedikit terlambat mengikuti suara.
-
-
Pesan yang Terlalu Bagus untuk Benar
-
Janji imbal hasil besar dalam waktu singkat, diskon ekstrem, atau hadiah gratis adalah sinyal merah.
-
-
Tidak Ada Jejak di Media Lain
-
Figur publik biasanya membagikan promosi di beberapa platform. Jika hanya muncul di satu video mencurigakan, besar kemungkinan itu palsu.
-
Menutup Celah: Cara Melindungi Diri di Dunia Digital
-
Verifikasi silang setiap informasi yang melibatkan selebritas atau tokoh publik, terutama jika berhubungan dengan uang.
-
Gunakan tools pendeteksi deepfake seperti Deepware Scanner atau Sensity AI untuk memeriksa keaslian video.
-
Edukasi diri dan lingkungan tentang bahaya deepfake, agar kesadaran kolektif bisa mengurangi dampaknya.
Baca Juga