Bayangkan sebuah kelas di masa depan. Anak-anak duduk rapi, tetapi bukan seorang guru yang berdiri di depan mereka. Sebaliknya, layar besar menampilkan sosok virtual, menjawab pertanyaan dengan cepat, tidak pernah lelah, dan bisa menyesuaikan pelajaran sesuai kebutuhan setiap anak. Pertanyaannya, apakah ini masa depan yang kita inginkan?
Seiring kemajuan teknologi, terutama kecerdasan buatan (AI), dunia pendidikan memang mengalami pergeseran besar. AI kini mampu menjadi asisten belajar, menyusun soal ujian, bahkan memberikan penilaian secara otomatis. Beberapa platform edukasi berbasis AI bahkan mengklaim bisa “menggantikan peran guru” dengan efisiensi dan ketepatan yang lebih tinggi.
Namun, benarkah guru bisa tergantikan begitu saja?
AI Bantu, Bukan Ambil Alih
AI sangat baik dalam hal otomatisasi. Ia bisa membaca ribuan data siswa dan memberikan analisis yang mendalam tentang kemajuan belajar mereka. Dalam beberapa kasus, AI bahkan bisa menciptakan pengalaman belajar yang dipersonalisasi — sesuatu yang sulit dilakukan jika seorang guru harus mengajar puluhan murid sekaligus.
Tapi, pendidikan bukan sekadar soal angka dan jawaban benar atau salah. Di balik proses belajar, ada emosi, motivasi, rasa ingin tahu, bahkan kebosanan. Hal-hal seperti ini hanya bisa dipahami dan dijembatani oleh manusia. Oleh guru.
Sentuhan Manusia yang Tak Tergantikan
Guru bukan sekadar pengajar. Mereka adalah pendengar, motivator, bahkan terkadang seperti orang tua kedua di sekolah. Saat seorang anak merasa putus asa, yang dibutuhkan bukan sekadar jawaban benar, tapi dukungan, senyuman, dan kata-kata penyemangat. AI mungkin tahu kapan seorang siswa gagal, tapi tidak akan pernah tahu bagaimana rasanya gagal.
Selain itu, pendidikan sejatinya adalah proses membentuk karakter. Dan karakter dibentuk lewat interaksi sosial, lewat konflik kecil yang diselesaikan di kelas, lewat diskusi, lewat kerja tim — hal-hal yang tidak bisa diajarkan oleh teknologi, tapi oleh keteladanan guru.
Jadi, Apakah Guru Akan Digantikan?
Jawabannya: tidak. Tapi peran mereka akan berubah.
Guru di masa depan bukan lagi satu-satunya sumber ilmu, melainkan menjadi fasilitator, mentor, dan pembimbing yang mendampingi proses belajar yang didukung oleh AI. Teknologi akan menjadi alat bantu yang luar biasa — bukan ancaman, tapi partner.
Yang perlu kita lakukan bukan menolak AI, melainkan belajar berdampingan dengannya. Memberdayakan guru agar lebih paham teknologi, dan menjadikan AI sebagai alat untuk memperkuat hubungan, bukan menggantikannya.
Karena pada akhirnya, pendidikan bukan hanya tentang apa yang kita pelajari, tapi juga dari siapa kita belajar.
Baca Juga :